Home » » Trans Studio Semarang atau TBRS, pilih mana?

Trans Studio Semarang atau TBRS, pilih mana?

Written By test on Monday, March 9, 2015 | 1:51 AM

Di Semarang kota yang sudah menjadi kota kedua saya ini sedang sedikit bergejolak terkait rencana Pemkot yang akan membangun kawasan bermain indoor terpadu dan modern Trans Studio. Harusnya rencana ini merupakan langkah luar biasa dan suatu kemajuan di kota ini ditengah stagnannya pembangunan pusat hiburan masyarakat, akan tetapi rencana yang bagus ini menjadi masalah ketika lokasi rencana pembangunan trans studio semarang itu berada di area bermain Wonderia dan kabarnya sampai ke area Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).

Titik permasalahannya ada di TBRS, pegiat budaya kota Semarang memprotes keras rencana ini. Mereka menolak TBRS menjadi wahana bermain indoor milik Trans Corp, karena mengancam salah satu habitat seniman dan juga area terbuka hijau dimana di area tersebut terdapat pohon besar yang bersejarah. Menurut pendapat saya, penolakan ini wajar karena menyangkut habitat suatu komunitas tertentu dan solusi paling ideal adalah membangun Trans Studio hanya di areal Wonderia saja, pertanyannya apa lahannya cukup? apa investornya berkenan? Menurut Walikota Semarang, Pak Hendrar Prihadi,  dalam klarifikasinya menyatakan wahana indoor itu tidak akan memakan lahan yang ada di areal TBRS. Beliau juga menjelaskan, proses pemerintah kota melakukan persuasi investasi triliyunan ini secara lisan sudah memakan waktu kurang lebih setahun untuk sampai PT. Trans Ritel Property setuju berinvestasi di Semarang. Kesepakatan masih berbentuk komitmen belum sampai ke teknis, masih terbuka ruang untuk public hearing, diskusi dan lain -lain serta perlu diingat ide investasi ini juga merupakan aspirasi masyarakat Semarang yang mengeluhkan minimnya tempat hiburan dan wisata di kota Semarang. (sumber : http://bit.ly/1wSW6Nm)

Reaksi seniman dan sebagian masyarakat kota Semarang di sosmed memang perlu jadi perhatian, perlu dibuka ruang dialog secepat mungkin kepada seniman dan masyarakat agar isu ini tidak meluas kemana-mana. Apalagi isu ini sudah diangkat di sosmed dengan tagar #SaveTBRS, salah dalam menyikapi akan mudah tersebar dan isu-isu seputaran pembangunan Trans Studio Semarang yang masih belum terklarifikasi tersebut sudah terlanjur meluas. Investor tentu saja akan melihat reaksi ini, tidak ada satupun investor yang menginvestasikan dananya apalagi hingga triliyunan hanya untuk mendapat penolakan, yang akan berakibat pada kalkulasi bisnis mereka. Jika ini terjadi, menurut saya masyarakat Semarang akan sangat mengalami kerugian. Trans Studio sukses besar di kota-kota perintisnya (red. Bandung, Makassar) dan sangat berpengaruh pada dunia pariwisata kota tersebut.

Kota Semarang sendiri merupakan area yang strategis, masuk pada jalur pantura bagi arus lalu lintas dari arah barat menuju timur. Setiap orang yang melakukan perjalanan dari Jakarta menuju ke jawa timur pasti akan melewati kota ini, akan tetapi apakah ada daya tarik bagi para pemudik untuk mampir di kota ini?atau sebagian besar dari mereka cenderung masuk dan keluar tol serta melewati kesempatan untuk mampir di pusat kota Semarang seperti yang selama ini terjadi? ini terjadi karena memang daya tarik yang kurang dari kota ini. Dibandingkan dengan provinsi di jawa lainnya serta kota-kota di Jawa Tengah yang ada di sekitarnya, Semarang jelas ketinggalan. Bandingkan saja dengan Solo dan Jogja, yang memiliki tingkat kedatangan wisatawan yang jauh meninggalkan Semarang, ini terjadi karena kedua kota ini memiliki kerajaan/keraton dan memilih konsep yaitu sebagai kota sejarah dan budaya. Sedangkan Semarang sendiri sulit untuk menjadi kota budaya karena minimnya situs-situs bersejarah tanah air yang bisa memikat banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Sebenarnya sektor budaya dan sejarah cukup potensial disini, karena selain bangunan Lawang Sewu dan taman Sam Po Kong, Semarang punya komplek kota tua peninggalan Belanda yang lumayan fenomenal dan eksotis mengingat luasan dan berkumpulnya gedung - gedung tua tersebut dalam satu kawasan. Pada masanya Semarang terkenal dengan sebutan "Little Netherland" karena kawasan kota lama ini seperti miniatur pusat kota yang ada di negeri Belanda pada saat itu, akan tetapi semakin tingginya air rob, mahalnya investasi untuk "mengamankan" area ini dan minimnya fokus pemerintah menyebabkan area ini semakin hari justru semakin tenggelam dan tidak terawat. Padahal dalam imajinasi saya, saya membayangkan salah satu area di kawasan kota lama ini bisa dijadikan pusat kuliner dan area berekspresi seniman lokal seperti sebagai pusat pameran dan pementasan seni dan budaya, dengan dukungan sarana dan prasana yang memadai serta ornamen gedung2 tua dan lighting yang dipercantik, bisa dibayangkan betapa eksotisnya area ini. Akan tetapi kembali lagi investasi yang mahal untuk "mengamankan" area ini mungkin menjadi kendala utama. Dengan segala kondisi ini jika kota ini ingin terus maju dan berkembang, pilihan untuk menjadi kota budaya dan metropolitan tidak bisa dihindari.

Sebut saja Palembang, kota yang di tahuan 2000an awal tidak banyak pilihan dalam hal tempat hiburan, kadang masyarakat kota bingung harus menghabiskan waktu dimana, mall yang besar cuma satu sedangkan tempat hiburan malam semakin gencar, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Anak muda disana saat itu mulai memandang "sebelah mata" orang yang ke pusat perbelanjaan satu-satunya tersebut, karena semua kelas masyarakat menuju kesana. mulai dari masyarakat biasa sampai yang kelas atas menuju tempat belanja dan hiburan tersebut dan ini dipandang "tidak berkelas" disana. Lambat laun anak muda mulai melirik tempat hiburan alternatif yang anti mainstream, misal tempat cafe remang, bilyard dan hiburan malam. Kondisi ini tentu tidak terlalu ideal bagi perkembangan anak muda disana, kehidupan ngemall dan makan di resto yang ada di mall tentu dipandang lebih "aman" dan "normal" dibandingkan alternatif yang ada. Maka dari itu, pemerintah setempat mau tidak mau harus memajukan kotanya agar peradaban kota tersebut juga ikut terjaga. Kembali ke Semarang, usaha yang dilakukan oleh pemerintah kota dalam hal ini walikota untuk memberikan hiburan lebih bagi masyarakat Semarang patut diapresiasi, solusi mudahnya jangan ganggu TBRS atau kalaupun luasan lahan tidak mencukupi maka cari alternatif lain yang juga cukup representatif. Hubungan pengusaha dengan pemerintah saling membutuhkan, tapi yang perlu diketahui adalah hubungan ini tidak selalu penguasa (pemerintah) yang ada di atas, ada kalanya memang pemerintah yang butuh sehingga harus memfasilitasi syarat-syarat yang dibutuhkan oleh pengusaha. dalam kasus Trans Studio Semarang bisa kita nilai sendiri kalau posisi tawar pihak Trans Corp lebih tinggi, terlihat dari beberapa komentar dari pihak pemerintah Semarang.

Pada akkhirnya saya pribadi sebagai orang luar yang kebetulan merantau, beristri orang semarang dan memiliki rumah di Semarang, sangat berharap berbagai macam investasi hadir di kota ini. Jujur saja selama ini Semarang terlihat kurang menarik bagi orang luar dibandingkan dengan kota-kota utama lainnya di pulau Jawa. Sering sekali keluarga dan teman yang ada di palembang dan Jakarta menanyakan hal, Semarang ada apanya sih? bahkan ada yang menyamakan dengan kotanya gersang ya dan panas? Saya yang bukan orang Semarang asli saja cukup tersenyum kecut mendengarnya. Mereka bicara seperti itu karena memang belum pernah berkunjung ke Semarang dan kurangnya minat untuk memulai berkunjung, Semarang butuh treager lebih agar bisa memikat wisatawan lokal kesana. Menurut saya Semarang kota yang cukup eksotis, perbedaan level antara Semarang atas dan bawah membuat kota ini terlihat "seksi" di malam hari. Susanana kota Semarang bawah di malam hari yang dihadirkan mulai dari cafe mumer sampai dengan restauran berkelas cukup membuat saya berkesan dan nyaman untuk sekedar makan malam dengan keluarga dan kolega. Akan tetapi berkali-kali ganti kepemimpinan, dari saya kuliah sampai dengan sekarang praktis sedikit sekali perkembanganya, saya hanya bandingkan dengan Palembang yang di awal saya kuliah, Palembang tidak ada apa-apanya dibandingkan Semarang, tapi roda perekonimian berputar terutama sejak otonomi daerah diberlakukan, sekarang Semarang yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Palembang. Pembangunan mall besar dan berkelas yang sampai sekarang masih belum berhenti, perumahan elite, apartemen, jalan layang, underpass, pusat olahraga terlengkap standar internasional, bandara yang diperluas dan modern dan lain lain menjadi ukuran dalam melihat kemajuan sebuah kota metropolitan dan kemampuan Palembang menjadi kota metropolitan dengan tetap menjaga kualitas lingkungannya diakui secara nasional (). Jangan anti dengan pembaruan dan pembangunan, pahami iklim investasi di semarang, kalaupun ada protes sampaikan secara langsung ke pemerintah setempat, dahulukan dialog, jangan membuat gerakan-gerakan yang justru akan merugikan masyarakat Semarang itu sendiri. Berani berbeda dan tidak perlu sungkan dengan sepuh-sepuh yang ada, semata-mata untuk kemajuan Semarang.

Perlu diingat saya tidak mendukung Trans membangun wahananya dengan melibas keberadaan TBRS, tapi saya mendukung dengan berbagai alternatif yaitu : pembangunan wahana tidak sampai menggangu area TBRS atau bangun di area lain yang tidak kalah representatif sehingga menjamin investasi investor. Saya mengutip kalimat Sutiyoso dalam sebuah sesi wawancara di salah satu televisi swasta saat dia akan membangun koridor pertama Trans Jakarta yang saat itu luar biasa pro kontranya, beliau berkata "Setiap pembangunan pasti akan ada pihak yang dirugikan dan diantara pihak tersebut yang paling dirugikan adalah masyarakat kecil" Silahkan pemerintah yang berwenang menjalankan amanah mana manfaat yang lebih besar, pro kontra akan selalu ada, selama untuk kepentingan yang lebih besar, maka jangan ragu-ragu untuk menjalankan programnya. yhw


Share this article :

2 comments:

  1. First off I would like to say great blog! I had a quick question which I'd
    like to ask if you do not mind. I was curious to know
    how you center yourself and clear your head prior to writing.
    I have had a tough time clearing my mind in getting my thoughts out
    there. I truly do enjoy writing however it just seems like the first
    10 to 15 minutes are wasted simply just trying to figure out
    how to begin. Any recommendations or tips? Appreciate it!



    Visit my homepage - perumahan di semarang

    ReplyDelete
  2. Thank you for your attention of my blog, really appreciate it.
    honestly i don't think i capable enough to give you tips about writing, I'm kind of blogger who start writing when it's came from my passion, attention, care and others something like that. I start writing without any basic knowledge and technic about writing, so if there is something i can say to you, just follow your passion and put away first things like technic, grammar, etc. I dont say it is not important, but you can learn it by doing, slow but sure you will get perfect in writing. hope it can helps, thanks.

    ReplyDelete

 
Support : Creating Website | Johny Template | Hewijizian Corp
Copyright © 2014. Yudi Hewij Story - All Rights Reserved
Template Created by Mas Template Published by Hewijizian Corp
Proudly powered by Blogger